HORMON
DAN FUNGSINYA
Koordinasi
pengendalian dan pengaturan aktivitas sel, jaringan, maupun organ tubuh pada
hewan multiseluler merupakan fungsi yang sangat kompleks. Tugas ini
dilaksanakan oleh sistem saraf dan sistem hormon, dimana keduanya bekerja
saling menunjang. Sistem hormon bekerja lebih lambat, namun saling bekerja
sama.
Istilah
hormon awalnya dikemukakan oleh E.H Starling pada tahun 1905 yang dalam bahasa
Greek berarti “memicu”.
Hormon
A. Pengertian
Hormon
adalah senyawa organik yang dihasilkan dalam jumlah sedikit oleh sel-sel
khusus, yang disekresikan langsung ke dalam sistem peredaran darah dan di
distribusikan ke bagian-bagian tubuh untuk memicu pengaruh-pengaruh biologis
tertentu.
Secara
umum hormon memiliki ciri-ciri :
1. Dihasilkan
dan disekresi ke darah oleh sel-sel endokrin dalam jumlah sedikit.
2. Diangkut
dan didistribusikan oleh darah menuju sel atau jaringan target.
3. Berinteraksi
dengan reseptor khusus yang terdapat dalam sel target.
4. Dapat
mempengaruhi aktivitas enzim-enzim tertentu.
5. Dapat
memberi pengaruh terhadap sel-sel target yang berlainan.
Kerja hormon dapat
dikelompokan menjadi :
1. Mengendalikan
lingkungan internal dengan mengatur komposisi kimia dan volume.
2. Memberikan
tanggapan terhadap perubahan yang berasal dari lingkungan eksternal.
3. Berperan
dalam perkembangan dan pertumbuhan.
4. Berperan
dalam hal reproduksi.
B. Klasifikasi
atas dasar struktur
1. Hormon
peptida
Hormon ini dibangun
oleh asam-asam amino, ada hormon yang hanya terdiri dari 3 asam amino seperti
TRH (thyrotropin releasing hormone) ada juga yang mencapai 180 asam amino atau
lebih GnRH (gonadotropin releasing hormone).
2. Hormon
steroid
Dihasilkan oleh
jaringan steroidogenik dari adrenal atau gonad, bahan baku berasal dari
koresterol.
3. Prostaglandin
Merupakan hormon baru,
dapat dijumpai di jaringan seluruh tubuh dan dapat mempengaruhi banyak
aktivitas fisiologis. Prostaglandin yang disintesis asam lemak disebut asam
arakidonat di dalam membran sel. Contoh kelompok Prostaglandin :ntromboksan,
prostasiklin dan leukotrin.
4. Pheromon
Pheromon dilepaskan
oleh seekor hewan yang relatif spesifik memodifikasi prilaku si hewan penerima
shingga mengikuti si pelepas pheromon tersebut.
C. Klasifikasi
atas dasar fungsi
Kita
dapat membaginya menjadi, yaitu pengaruh :
1. Kinetik,
meliputi migrasi pigmen, kontraksi otot dan sekresi kelenjar.
2. Metabolik,
antara lain perubahan laju keseimbangan reaksi dan kadar zat yang terkandung
dalam sel jaringan.
3. Morfogenetik,
berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan.
4. Prilaku,
pengaruh hormon terhadap fungsi saraf.
D. Faktor-faktor
yang mempengaruhi sekresi hormon
Ada dua faktor yang mempengaruhi, yaitu
faktor saraf dan faktor kimia. Beberapa kelenjar endokrin dipersarafi oleh
sistem saraf otonom, sehingga aktivitas kelenjar endokrin tersebut dipengaruhi oleh
impuls yang datang pada kelenjar itu, misalnya kelenjar adrenal bagian medula
mendapat persararafan dari sraf simpatik.
E. Pengendalian
sekresi hormon
Pada umumnya sekresi hormon diatur
sedemikian rupa sehingga tidak mengakibatkan adanya produksi hormon yang
berlebih atau kurang. Pengaturan ini merupakan cara yang penting dalam tubuh
untuk mempertahankan homeostatis. Salah satu pengendalian hormon adalah dengan
mekanisme pengendalian “umpan balik”. Dalam kaitan ini kita kemukakan :
Informasi kadar hormon dan pengaruhnya
diberitahukan kembali ke kelenjar
endokrin yang menghasilkan hormon bersangkutan, sehingga kelenjar penghasil
hormon tersebut akan mengadakan penyesuaian terhadap keadaan yang baru
tersebut. Pada salah satu macam sistem umpan balik pengaruh sekresi hormon
tidak melibatkan langsung sistem saraf, misalnya jumlah kalsium diatur oleh
hormon parathormon yang dihasilkan oleh kelenjar paratiroid dan hormon
kalsitonin yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Bila jumlah kalsium darah
menurun, hal ini akan menimbulkan rangsangan terhadap kelenjar paratiroid untuk
memperbanyak sekresi parathormon.
F. Mekanisme
kerja hormon
Hormon dapat merangsang aktivitas sel .
hormon sebagai “first messenger” akan berinteraksi dengan reseptor yang akan
meningkatkan produksi “second messenger” yang secara langsung lebih bertanggung
jawab terhadap aktivitas sel. Sesuai dengan jenis suatu hormon, kedudukan
reseptor dapat berada pada membran sel, sistol atau bahkan pada gen di dalam
inti.
Neuroendokrin
dan hormon-hormon hipofise
A. Neuroendokrin
Sistem
hormonal berkaitan erat dengan sistem saraf, hal ini terlihat pada
kelenjar-kelenjar endokrin yang secara struktural dibangun oleh sel-sel saraf.
Jadi meskipun secara fungsional sel-sel kelenjar endokrinini mensekresi hormon,
namun pada awalnya merupakan derivat dari sistem saraf.
Sel sel saraf yang menghasilkan hormon dan
mensekresinya ke dalam darah digolongkan sebagai sel-sel neurosekresi. Sel
neurosekresi merupakan sel saraf yang berfungsi sebagai sel endokrin.
B. Hipofise
Merupakan
kelenjar endokrin yang mampu mensekresi berbagai macam hormon yang mengatur
bermacam-macam kegiatan kelenjar endokrin lain maupun aktivitas tubuh, karena
itu disebut “master gland”. Berdasarkan struktur dan fungsinya hipofise dibagi
menjadi 2 yaitu : lobus anterior dan lobus posterior. Diantara bagian kedua ini
terdapat daerah yang tidak mengandung pembuluh darah yang disebut pers
intermedian.
1. Lobus
interior
Disebut juga
adenohipofise, yang ensekresi hormon-hormon berikut :
a. Hormon
pertumbuhan
b. Hormon
prolaktin, merangsang kelenjar susu untuk memproduksi susu.
c. Hormon
tirotropik, merangsang kelenjar tiroid.
d. Follicle
stimulating hormone (FSH) merangsang pertumbuhan folikel telur pada betina,
atau sel leydig pada hewan jantan untuk menghasilkan testosteron.
e. Luteinizing
hormone (LH) merangsang ovulasi folikel graff
f. Adrenocorticotropic
hormone (ACTH) merangsang kelenjar adrenal bagian korteks.
2. Hipofise
pars intermedia
Menghasilkan hormon
melanocyte stimulating hormone (MSH) atau intermedin. Hormon ini berperan dalam
mengatur perubahan warna atau pigmen kulit, bila hormon ini kurang maka kulit
tampak pucat, namun bila berlebih warna kulit tampak lebih gelap (hitam).
3. Lobus
posterior
Disebut juga dengan
nama neurohipofise. Dibangun oleh sel-sel serupa neuroglia yang disebut
pituisit, disini banyak bermuara akhiran-akhiran akson dengan badan sel
terletak di hipotalamus yang disebut nukleus supraoptik dan nukleus paraventrikular.
Badan badan sel paraventrikular menghasilkan hormon oksitosin. Sedangkan
badan-badan sel supraoptik menghasilkan hormon antidiuretic hormone (ADH), atau
disebut juga vasopresin atau pitresin.
Faktor yang
mempengaruhi sekresi hormon vasopresin, yaitu:
-
Pendarahan
-
Trauma dalam tubuh,
rasa nyeri, rasa cemas.
Hormon-hormon
yang buka produksi hipofisa
A. Kelenjar
tiroid
Terdapat
pada semua hewan vertebrata. Kelenjar ini terdiri atas folikel-folikel dengan
ukuran sel yang dapat berubah tergantung dari aktivitas dan jumlah koloid yang
yang terdapat dalam lumen folikel. Hormon yang aktif terdiri atas:
tetraiodotironin atau tiroksin dan triiodotironin, sedangkan monoiodotirosin
dan diiodotirosin adalah hormon-hormon yang belum aktif dan merupakan bahan
dari tetra dan triiodotirotin.
B. Kelenjar
paratiroid
Terbenam
pada permukaan kelenjar tiroid, pada manusia letaknya dibelakang kelenjar
tiroid.
C. Kelenjar
pankreas
Merupakan
kelenjar campuran endokrin dan eksokrin, sebagai kelenjar eksokrin pankreas
menghasilkan enzim-enzim, sedangkan sebagai kelenjar endokrin pankreas
menghasilkan hormon.
D. Kelenjar
adrenal
Terdapat
sepasang melekat disebelah anterior dari ginjal, terdiri atas bagian korteks
dan medula.
E. Androgen
steroid
Terdiri
atas testosteron dan dehidroepiandrosteron. Hormon-hormon ini berperan dalam
proses pemasakan dan perkembangan sel-sel kelamin jantan dan prilaku seksual.
F. Estrogen
steroid
Dihasilkan
oleh hewan betina, terdiri atas: estradiol, pregnenolon dan progesteron.
G. Kelenjar
adrenal bagian medula
Bentuk
medula disebut juga jaringan kromatin yang berasal dari “neural crest” seperti
halnya ganglion-ganglion spinal yang berada di luar jaringan
H. Kelenjar
gonad
Seperti
halnya kelenjar pankreas, merupakan kelenjar campuran. Sebagai kelenjar
eksokrin gonad mensekresi sel-sel spermatozoa pada hewan jantan atau ovum pada
hewan betina.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar